Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat penting bagi negara-negara di Asia Tenggara. Setiap tahun jutaan wisatawan dari berbagai belahan dunia datang untuk menikmati keindahan alam keanekaragaman budaya serta pengalaman unik yang ditawarkan oleh kawasan ini. Namun jika diamati dengan seksama ada kecenderungan bahwa Malaysia dan Thailand sering kali menjadi destinasi utama bagi para turis internasional sementara Indonesia meskipun memiliki potensi yang luar biasa tampaknya masih tertinggal dalam hal daya tarik. Fenomena ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar mengapa hal tersebut bisa terjadi. Melalui analisis mendalam kita bisa melihat beberapa faktor utama yang membuat wisatawan lebih tertarik ke dua negara tetangga tersebut daripada ke Indonesia.
Salah satu alasan utama adalah kemudahan aksesibilitas dan infrastruktur yang lebih matang di Malaysia serta Thailand. Di Malaysia misalnya bandara internasional seperti Kuala Lumpur International Airport dilengkapi dengan fasilitas modern yang memungkinkan wisatawan untuk transit dengan nyaman tanpa harus menghadapi keterlambatan atau kerumitan yang berlebihan. Begitu pula di Thailand dengan Bandara Suvarnabhumi di Bangkok yang terkenal akan efisiensinya dalam menangani arus penumpang yang padat. Kedua negara ini juga memiliki jaringan transportasi umum yang terintegrasi dengan baik mulai dari kereta api cepat hingga bus dan taksi yang mudah dipesan melalui aplikasi digital. Hal ini memudahkan wisatawan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus khawatir tentang kemacetan atau ketidakpastian jadwal. Sebaliknya di Indonesia meskipun ada kemajuan seperti pembangunan bandara baru di beberapa daerah infrastruktur secara keseluruhan masih sering mengalami kendala seperti keterlambatan penerbangan akibat cuaca atau masalah teknis yang membuat wisatawan merasa kurang nyaman. Selain itu konektivitas antar pulau di Indonesia yang bergantung pada feri atau penerbangan domestik sering kali menjadi hambatan bagi mereka yang ingin menjelajahi lebih banyak destinasi dalam waktu singkat.
Faktor kedua yang tidak kalah penting adalah strategi promosi pariwisata yang lebih agresif dan inovatif dari Malaysia serta Thailand. Malaysia dengan slogan “Malaysia Truly Asia” berhasil memposisikan dirinya sebagai pusat keberagaman budaya yang mudah dijangkau oleh wisatawan dari berbagai latar belakang. Mereka sering mengadakan festival internasional kampanye digital dan kolaborasi dengan influencer global untuk menarik perhatian. Thailand pun tidak ketinggalan dengan program “Amazing Thailand” yang menekankan pada pengalaman autentik seperti pantai-pantai indah di Phuket atau Phi Phi serta wisata kuliner yang murah meriah. Kedua negara ini juga aktif berpartisipasi dalam pameran pariwisata internasional dan menawarkan paket wisata yang terintegrasi dengan akomodasi makanan serta aktivitas. Di sisi lain Indonesia meskipun memiliki kekayaan alam seperti pantai Bali atau hutan Borneo promosinya masih terkesan sporadis dan kurang konsisten. Banyak wisatawan potensial yang belum mengetahui sepenuhnya tentang destinasi di luar Bali sehingga mereka lebih memilih negara lain yang informasinya lebih mudah didapat melalui media sosial atau situs web resmi.
Selanjutnya persepsi keamanan dan stabilitas juga memainkan peran krusial dalam keputusan wisatawan. Malaysia dan Thailand umumnya dianggap sebagai negara yang aman bagi turis dengan tingkat kriminalitas rendah di kawasan wisata utama. Pemerintah di sana menerapkan kebijakan ketat seperti patroli polisi khusus untuk wisatawan serta sistem pengawasan CCTV yang luas. Selain itu respons cepat terhadap isu kesehatan seperti selama pandemi membuat wisatawan merasa lebih percaya diri untuk berkunjung. Di Indonesia sayangnya isu seperti konflik regional atau bencana alam sering kali menjadi sorotan media internasional yang menciptakan citra kurang aman meskipun kenyataannya banyak daerah yang sangat damai dan ramah terhadap pengunjung. Hal ini membuat wisatawan enggan mengambil risiko terutama bagi mereka yang bepergian bersama keluarga atau dalam kelompok kecil.
Biaya dan nilai tambah yang ditawarkan juga menjadi pertimbangan utama. Di Malaysia serta Thailand wisatawan bisa mendapatkan pengalaman berkualitas dengan biaya yang relatif terjangkau mulai dari hotel bintang lima hingga makanan jalanan yang lezat. Kebijakan visa on arrival atau bebas visa untuk banyak negara membuat proses masuk menjadi lebih sederhana. Indonesia meskipun memiliki biaya hidup yang kompetitif sering kali dihadapkan pada biaya tambahan seperti tiket pesawat antar pulau atau pajak wisata yang tidak terduga. Selain itu kurangnya pilihan akomodasi ramah lingkungan atau berkelanjutan membuat beberapa wisatawan modern yang sadar lingkungan lebih memilih destinasi lain.